Kamis, 12 Oktober 2017

PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dosen : Totok Harmoyo SE, M. Si
prodi   : 3A Pagi. Perbankan Syariah. Univ Muhammadiyah Sumatera Utara






BAB 3

 PEREOKNOMIAN TERTUTUP TANPA
 KEBIJAKAN PEMERINTAH



A.          Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional

Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian - perekonomian lain. Khususnya, perekonomian tertutup tidak terlibat dalam pedagangan internasional., tidak juga terlibat pinjam meminjam secara internasional
     
Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian. Jadi, perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan  dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta). Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian.

Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :

a.       Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
b.      Perekonomian Terbuka (opened economy).

Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan komsumsi dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen yang biasanya disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan dengan notasi berikut.                Y = C+1         Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis:        Y=C+S



B.           Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional

Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasilkan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran.

            Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C=f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut:            C=a+bY
Dimana :

C         =  Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a        = Besarnya konsumsi yang tidak menguntungkan pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika
tidak ada pendapatan.
b          = marginal propensity to consume (MPC =  C/   Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi
Y         = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi ) a>0 dan 0 < b < 1

            Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.

            Selain itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average Propensity to consume (APC) yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan disposble   (APC= C/Y) akan mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari pandangan Keynes yang lain yang menyatakan pendapatan merupakan penentu / determinan konsumsi yang terpenting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.



C.           Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Islam

Pembahasan funsgsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi Islam banyak dilakukan para ahli ekononu Islam. Pada bagian ini akan dibahas beberapa pandangan diantaranya yag terkait dengan fungsi konsumsi.

1.      Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Mengacu pada pandangan Keynes yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tanngga konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi

a.       pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal asset yang terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes / golongan  kaya)
b.      pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan dengan YL (lower classes / golongan miskin).

Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut Khan dibagi dua bentuk atas pengeluaran
a.       konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1 
b.      konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dengan E2

 Berdasarkan tersebut Khan, menawarkan fungsi konsumsi  C* = Aθ+AuYu

2.      Panadangan Metwally tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif islam, Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang dapat dijelaskan secarasederhana sebagai berikut :
Hipotesis pendapatan Mutlak
          
 Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebuut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan. Sehingga konsumsi rata – rata APCdan MPC menurun dengan meningkatnya pendapatan.
Metwally memasukkan peranan  zakat terhadap fungsi konsumsi, untuk menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh fungsi : Z =αY
Dimana : 0 < a < 1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan pemabayaran zakat dan (1-β)Y  adalah pendapatan penerima zakat,dimana :
0 < β < 1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi islam menjadi :
C=a+b(βY-αY)+ϐ[(1β)Y+αY]
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat

Hipotesis pendapatan Relatif (the Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya ( pendapatan masa puncak atau Yp). Maka MPC < APC.



D.          Penentu – Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan

1.      Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil mempunyaikekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi di masa sekarang.

2.      Suku bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Pada suku bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari menabung.

3.      Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih – lebihan dan mementingkan tabungan.

4.      Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Tetapi dalam perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati -  hati.

E.     Fungsi Investasi Dengan pendekatan Ekonomi Konvensional
Adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tanggayang dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.



Secara singkat investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah  lain dari investasi adalah pemupukan modal atau akumulasi modal. Dengan demikian, di dalam makro ekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal. Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit yaitu jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambahkan stok modal dalam periode tertentu. Sedangkan modal merupakan stok ketika nilai uang dari gedung-gedung, mesin-mesin, dan inventaris lainnya adalah tetap pada suatu waktu. 
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
1.      Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal  yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan

2.      Investasi residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.

3.      Investasi persedian (intervetory investment)  yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum diproses  produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.



E.           .Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam

Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan pendekatan ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi ivestasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi islam.

Menurut Metwally, investasi dinegara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor

1.      Ada sanksi terhadap pemegang asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset)
2.      Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
3.      Tingkat bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih tiga alternative atas dananya, yaitu

a.       Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas
b.      Memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa berproduksi seperti deposito, real
c.       Menginvestasikan tabungannya
Khan menyatakan bahwa permintaan infestasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan.


Penentu – Penentu Tingkat Investasi :
Dengan banyaknya keuntungan yang akan diperoleh sangat besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor – faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1.      Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2.      Tingkat bunga
3.      Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
4.      Kemajuan teknologi
5.      Tingkat pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya
6.      Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar