prodi : 3A Pagi. Perbankan Syariah. Univ Muhammadiyah Sumatera Utara
BAB 3
PEREOKNOMIAN
TERTUTUP TANPA
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
A.
Pengertian
dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam
Perspektif Ekonomi Konvensional
Perekonomian
tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian -
perekonomian lain. Khususnya, perekonomian tertutup tidak terlibat dalam
pedagangan internasional., tidak juga terlibat pinjam meminjam secara
internasional
Perekonomian
tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada
kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan
pemerintah dalam kegiatan perekonomian.
Jadi, perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan
(swasta). Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam
kegiatan perekonomian.
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan
pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :
a. Perekonomian
Tertutup (closed economy), yang meliputi atas perekonomian sederhana
(perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
b. Perekonomian
Terbuka (opened economy).
Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor,
yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
konsumen yang biasanya disebut dengan komsumsi dan pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga produsen yang biasanya disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector
dapat dituliskan dengan notasi berikut. Y = C+1 Persamaan ini mencerminkan kondisi
antara output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan
sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka
dapat ditulis: Y=C+S
B.
Fungsi
Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang
dihasilkan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan
sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi
pengeluaran.
Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C=f(Y)) yang dalam
bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut: C=a+bY
Dimana :
C = Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a =
Besarnya konsumsi yang tidak menguntungkan pada jumlah pendapatan atau konsumsi
jika
tidak ada pendapatan.
b = marginal
propensity to consume (MPC = C/ Y) atau hasrat marginal dari masyarakat
untuk melakukan konsumsi
Y =
pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi )
a>0 dan 0 < b < 1
Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC)
lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat
seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran
konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan
kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
Selain itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average Propensity to consume
(APC) yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat
pendapatan disposble (APC= C/Y) akan
mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari
pandangan Keynes yang lain yang menyatakan pendapatan merupakan penentu /
determinan konsumsi yang terpenting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan
penting. Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas
teori.
C.
Fungsi
Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Pembahasan funsgsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi
Islam banyak dilakukan para ahli ekononu Islam. Pada bagian ini akan dibahas
beberapa pandangan diantaranya yag terkait dengan fungsi konsumsi.
1.
Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Mengacu pada pandangan Keynes yang menyatakan konsumsi
yang dilakukan rumah tanngga konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan
membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi
a.
pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal
asset yang terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes /
golongan kaya)
b.
pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan
dengan YL (lower classes / golongan miskin).
Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah
tangga konsumen menurut Khan dibagi dua bentuk atas pengeluaran
a.
konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut
untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1
b.
konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju
keridhaan Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dengan E2
Berdasarkan
tersebut Khan, menawarkan fungsi konsumsi
C* = Aθ+AuYu
2.
Panadangan Metwally tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif
islam, Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang dapat
dijelaskan secarasederhana sebagai berikut :
Hipotesis pendapatan Mutlak
Hipotesis ini
menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap
konsumsi (disposable income) pada periode tersebuut. Naiknya pendapatan akan
meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan
pendapatan. Sehingga konsumsi rata – rata APCdan MPC menurun dengan
meningkatnya pendapatan.
Metwally memasukkan peranan zakat terhadap fungsi konsumsi, untuk
menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh fungsi : Z =αY
Dimana : 0 < a < 1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan
pemabayaran zakat dan (1-β)Y adalah
pendapatan penerima zakat,dimana :
0 < β < 1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal
penerima zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi
islam menjadi :
C=a+b(βY-αY)+ϐ[(1β)Y+αY]
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran
zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat
Hipotesis pendapatan Relatif (the Relative Income
Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan konsumsi sekarang saja
ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan
sebelumnya ( pendapatan masa puncak atau Yp). Maka MPC < APC.
D.
Penentu –
Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan
1. Kekayaan
yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan, atau
tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil
mempunyaikekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak
terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari
pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi di masa sekarang.
2. Suku
bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang
diperoleh dari melakukan tabungan. Pada suku bunga yang rendah orang tidak
begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan
pengeluaran konsumsi dari menabung.
3. Sikap
berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam
menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih –
lebihan dan mementingkan tabungan.
4. Keadaan
perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh teguh dan tidak banyak
pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang lebih
aktif. Tetapi dalam perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat
pengangguran sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi
makin berhati - hati.
E. Fungsi
Investasi Dengan pendekatan Ekonomi Konvensional
Adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan
untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari
pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi
pada bangunan mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru.
Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu
bentuk pembelanjaan rumah tanggayang dikategorikan sebagai investasi dan bukan
sebagai konsumsi.
Secara
singkat investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih
terhadap stok kapital yang ada. Istilah
lain dari investasi adalah pemupukan modal atau akumulasi modal. Dengan
demikian, di dalam makro ekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal.
Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit yaitu jumlah yang
dibelanjakan sektor bisnis untuk menambahkan stok modal dalam periode tertentu.
Sedangkan modal merupakan stok ketika nilai uang dari gedung-gedung,
mesin-mesin, dan inventaris lainnya adalah tetap pada suatu waktu.
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
1.
Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran
investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan
2. Investasi
residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah
tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan
lainnya.
3.
Investasi persedian (intervetory investment) yaitu berupa pertambahan nilai stok
barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum
diproses produksi pada akhir tahun
perhitungan pendapatan nasional.
E.
.Fungsi
Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Fungsi
investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan pendekatan
ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi ivestasi dalam ekonomi
konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku
dalam pendekatan ekonomi islam.
Menurut Metwally, investasi dinegara-negara penganut
ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor
1. Ada
sanksi terhadap pemegang asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle
asset)
2. Dilarang
melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
3. Tingkat
bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih
tiga alternative atas dananya, yaitu
a.
Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas
b.
Memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa
berproduksi seperti deposito, real
c.
Menginvestasikan tabungannya
Khan menyatakan bahwa permintaan infestasi ditentukan
oleh tingkat keuntungan yang diharapkan.
Penentu – Penentu Tingkat Investasi :
Dengan banyaknya keuntungan yang akan diperoleh sangat
besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh
para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk
memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor –
faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat
keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Tingkat
bunga
3. Ramalan
mengenai keadaan ekonomi di masa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat
pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya
6.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar