Sabtu, 21 Oktober 2017

PEREOKNOMIAN TERTUTUP DENGAN KEBAJAKAN PEMERINTAH

Dosen   : Totok Harmoyo Se, M.SI
Prodi     : 3A perbankan syariah. Universitas Muhammadiah Sumatera Utara


BAB 4

 PEREOKNOMIAN TERTUTUP DENGAN
 KEBAJAKAN PEMERINTAH





A.      Pengertian Dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Dengan Kebijakan Pemeritah Dalam Perspektif Makroekonomi

Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian. Jadi, perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan  dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta). Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian. Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sektor dapat dituliskan dengan notasi berikut:                
                                       
                     Y = C+I

Dimana:      C = Konsumsi
                    I = Investasi

Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S)  maka dapat di tuliskan sebagai berikut: 
                              Y = C + S

Sedangkan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut penerimaan menjadi:

                              Y = C + S + T

           Dimana:     S = Saving/tabungan
                             T = Tax/pajak

Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :

a. Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
b.  Perekonomian Terbuka (opened economy).

  Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen(firm) yang biasanya disebut investment (I). Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan dengan notasi berikut.

                                     Y = C+1…………………….( 3.1)

Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1). Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis: 

                                     Y= C+S………………………(3.2)

Sehingga identitas (3.1) dan (3.2) dapat digunakan menjadi :

                                     C+1 = C+S……………………(3.3)

Identitas (3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama dengan komponen pengeluaran (C+1). Identitas untuk persamaan (3.3) dapat dirumuskan kembali untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi.. dengan memperoleh konsumsi dari setiap sisi dari persamaan (3.3) sehingga diperoleh :

                                     1 = Y- C = S…………………(3.4)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.




B.       Dampak Pajak Terhadap Konsumsi Dan Tabungan

Pada perekonomian tertutup dengan dua sektor pendapatan nasional (Y) sama dengan pendapatan diposable (Yd). dengan adanya unsur pajak (tax), maka pendapatan diposable menjadi lebih kecil dari pendapatan nasional.
Hubungan antara pendapatan diposable dengan pendapatan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:  
      
                Yd = Y – T


Dengan berkurangnya pendapatan diposible tentunya akan mengurangi pula tingkat konsumsi seterusnya akan mengurangi tingkat tabungan. Untuk melihat sampai sejauh mana pajak dapat mempengaruhi konsumsi, maka dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan pajak yang dikenakan, yaitu:

1.    Pengaruh pajak tetap, (yaitu besaran pajak yang jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan) terhadap pengeluaran konsumsi dan tabungan.
2.    Pengaruh pajak proporsional (yaitu, besaran pajak yang ditentukan dengan persentase tertentu dari tingkat pendapatan) terhadap tingkat konsumsi dan tabungan.



Guna melihat dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat diberikan suatu ilistrasi perhitungan sederhana sebagai berikut:

                                        C = 100 + 0,85Y
                                         T = 10

Besarnya konsumsi sebelum ada pajak:
                                         Y = C
                                         Y = 100 + 0,85Y
                                         Y = (1/0,15) 100
                                         Y = 667 (pembulatan)
                                         C = 667

Besarnya konsumsi setelah ada pajak tetap
                                         Yd = 667-10
                                         Yd = 657
                                         C   = 100 + 0,85 (667-10)
                                         C   = 658 (pembulatan)

Dari hasil perhitungan sederhana tersebut jelas pajak tetap akan mengurangi konsumsi, lalu bagaimana dengan tingkat tabungan? Logika sederhana menyatakan tentunya tabungan juga aka mengalami penurunan, dengan menggunakan persamaan konsumsi diatas (C = 100 + 0,8




C. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional

Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
            Ada 3 bentuk pengeluaran investasi
1.  Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal  yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan.
2. Investasi residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah temapat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.
3.  Investasi persedian (intervetory investment)  yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum diproses  produksi pada akhit tahun perhitungan pendapatan nasional.





Sabtu, 14 Oktober 2017

REVIEW JURNAL ASING (UTS)

Link :
https://drive.google.com/open?id=0B9h21a7rHzrmNE95RzFvcWVKNVk
klik disini !!




REVIEW JURNAL



Diajukan untuk memenuhi tugas ekonomi makro
Pada program studi perbankan syariah



O
L
E
H


         Mei shinta Hardiyanti           :1601270006




Dosen Pembimbing : Totok Harmoyo S.E., M.Si
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara
TAHUN AJARAN 2017/2018








REVIEW JURNAL ASING EKONOMI MICRO


JUDUL PENELITIA          :” Equitable Distribution of Income with Growth in  an  Islamic Economy
(pemerataan pendapatan dengan pertumbuhan dalam ekonomi Islam)

NAMA PENULIS                     : Salman Ahmed Shaikh


TAHUN                                   : Maret 2015


KATA KUNCI                         : ketimpangan Penghasilan, Ketimpangan kekayaan, Ekonomi Islam, Zakat, Warisan Hukum, Kebijakan Publik.


TUJUAN PENELITIAN       : Menganalisis ketimpangan/kesenjangan yang terjadi di negara-negara kaya dan miskin. Dengan mengidentifikasi melalui lembaga tertentu dalam islam.


METODE PENELITIAN        :Metodologi/Pendekatan - Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan penelitian kualitatif.


SUBJEK PENELTIAN     :  masyarakat kaya dan miskin, terutama pada pemerataan pendapatan.


FAKTOR PENGARUH    : Amerika Utara dan sebagian Asia tidak dapat menghindari ketimpangan distribusi sumber daya. Baru-baru ini, Piketty (2014) juga telah menegaskan bahwa ketidaksetaraan telah berkembang selama periode waktu yang panjang secara berkelanjutan di negara maju dengan modal mengumpulkan lebih banyak dan lebih dari kue. Dalam latar belakang ini, kami mengidentifikasi lembaga tertentu dalam Islam yang dapat membantu dalam mencapai distribusi egaliter pendapatan bersama dengan pertumbuhan yang berkelanjutan.



ALASAN PENELITIAN         : demi membahas bahwa prinsip usaha produktif berbasis risiko dapat mendorong pembentukan modal dan kewirausahaan dalam ekonomi Islam yang tidak mengizinkan pengembalian tetap pada modal uang dalam bentuk bunga. Kami membahas bahwa bunga bebas intermediasi keuangan dapat menstabilkan ekonomi dari guncangan credit default dengan memastikan pembagian risiko yang luas dan menghubungkan pembayaran moneter untuk faktor-faktor produksi dengan hasil usaha produktif. Disini juga akan dibahas bahwa retribusi Zakat seragam pada kekayaan dan hasil dapat mengakibatkan smoothing tarif pajak, stabilisasi otomatis siklus bisnis dan mendorong investasi jangka panjang dan pengambilan keputusan tanpa meninggalkan perencana jangka panjang di sektor swasta khawatir tentang pembalikan kebijakan fiskal (yaitu kesetaraan Ricardian ).


HASIL PENELITIAN         : Industrialisasi melahirkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di negara-negara yang dipimpin perbatasan teknologi. Pertumbuhan ini tidak sama dibagi di seluruh negara dan karenanya menciptakan kesenjangan antara pelopor dan lamban. Pada abad ke-21, kita menghadapi tantangan untuk memperbaiki kesenjangan yang besar antara negara kaya dan miskin yang telah terjadi selama program pertumbuhan ekonomi abad kedua puluh.
                                                Dalam hal ini juga dibahas bahwa prinsip usaha produktif berbasis risiko dapat mendorong pembentukan modal dan kewirausahaan dalam ekonomi Islam yang tidak mengizinkan pengembalian tetap pada modal uang dalam bentuk bunga. Kami membahas bahwa bunga bebas intermediasi keuangan dapat menstabilkan ekonomi dari guncangan credit default dengan memastikan pembagian risiko yang luas dan menghubungkan pembayaran moneter untuk faktor-faktor produksi dengan hasil usaha produktif.
                                                Dalam pembahasan retribusi Zakat yaitu seragam pada kekayaan dan hasil dapat mengakibatkan smoothing tarif pajak, stabilisasi otomatis siklus bisnis dan mendorong investasi jangka panjang dan pengambilan keputusan tanpa meninggalkan perencana jangka panjang di sektor swasta khawatir tentang pembalikan kebijakan fiskal (yaitu kesetaraan Ricardian ).


  
KELEBIHAN                           : Kekuatan dalam penelitian adalah menggunakan 2 metode, yang dapat melengkapi satu sama lain. Antara metode yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis-hipotesis yang dimasukan sangat membantu dalam menyelesaikan penelitian.


KEKURANGAN                : kelemahan dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan beberapa hipotesis dan beberapa rumus tanpa menyertakan data, sehingga mengurangi keakuratan pembaca.






Kamis, 12 Oktober 2017

PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dosen : Totok Harmoyo SE, M. Si
prodi   : 3A Pagi. Perbankan Syariah. Univ Muhammadiyah Sumatera Utara






BAB 3

 PEREOKNOMIAN TERTUTUP TANPA
 KEBIJAKAN PEMERINTAH



A.          Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional

Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian - perekonomian lain. Khususnya, perekonomian tertutup tidak terlibat dalam pedagangan internasional., tidak juga terlibat pinjam meminjam secara internasional
     
Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga tidak ada kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian. Jadi, perekonomian tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan  dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta). Perekonomian sederhana tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan  perekonomian.

Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :

a.       Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
b.      Perekonomian Terbuka (opened economy).

Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor, yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan komsumsi dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen yang biasanya disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan dengan notasi berikut.                Y = C+1         Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) sama dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung (saving atau diberi notasi S) maka dapat ditulis:        Y=C+S



B.           Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional

Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasilkan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran.

            Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C=f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut:            C=a+bY
Dimana :

C         =  Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a        = Besarnya konsumsi yang tidak menguntungkan pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika
tidak ada pendapatan.
b          = marginal propensity to consume (MPC =  C/   Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi
Y         = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi ) a>0 dan 0 < b < 1

            Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.

            Selain itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average Propensity to consume (APC) yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan disposble   (APC= C/Y) akan mengalami penurunan sebagai akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari pandangan Keynes yang lain yang menyatakan pendapatan merupakan penentu / determinan konsumsi yang terpenting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.



C.           Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi Islam

Pembahasan funsgsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi Islam banyak dilakukan para ahli ekononu Islam. Pada bagian ini akan dibahas beberapa pandangan diantaranya yag terkait dengan fungsi konsumsi.

1.      Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Mengacu pada pandangan Keynes yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tanngga konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi

a.       pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal asset yang terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes / golongan  kaya)
b.      pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan dengan YL (lower classes / golongan miskin).

Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut Khan dibagi dua bentuk atas pengeluaran
a.       konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan notasi E1 
b.      konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dengan E2

 Berdasarkan tersebut Khan, menawarkan fungsi konsumsi  C* = Aθ+AuYu

2.      Panadangan Metwally tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif islam, Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang dapat dijelaskan secarasederhana sebagai berikut :
Hipotesis pendapatan Mutlak
          
 Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebuut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan. Sehingga konsumsi rata – rata APCdan MPC menurun dengan meningkatnya pendapatan.
Metwally memasukkan peranan  zakat terhadap fungsi konsumsi, untuk menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh fungsi : Z =αY
Dimana : 0 < a < 1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan pemabayaran zakat dan (1-β)Y  adalah pendapatan penerima zakat,dimana :
0 < β < 1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi islam menjadi :
C=a+b(βY-αY)+ϐ[(1β)Y+αY]
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat

Hipotesis pendapatan Relatif (the Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya ( pendapatan masa puncak atau Yp). Maka MPC < APC.



D.          Penentu – Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan

1.      Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil mempunyaikekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi di masa sekarang.

2.      Suku bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Pada suku bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari menabung.

3.      Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih – lebihan dan mementingkan tabungan.

4.      Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Tetapi dalam perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati -  hati.

E.     Fungsi Investasi Dengan pendekatan Ekonomi Konvensional
Adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tanggayang dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.



Secara singkat investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah  lain dari investasi adalah pemupukan modal atau akumulasi modal. Dengan demikian, di dalam makro ekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal. Dalam makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit yaitu jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambahkan stok modal dalam periode tertentu. Sedangkan modal merupakan stok ketika nilai uang dari gedung-gedung, mesin-mesin, dan inventaris lainnya adalah tetap pada suatu waktu. 
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
1.      Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal  yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan

2.      Investasi residensial (residensial investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.

3.      Investasi persedian (intervetory investment)  yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum diproses  produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.



E.           .Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam

Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan pendekatan ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi ivestasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi islam.

Menurut Metwally, investasi dinegara-negara penganut ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor

1.      Ada sanksi terhadap pemegang asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset)
2.      Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
3.      Tingkat bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih tiga alternative atas dananya, yaitu

a.       Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas
b.      Memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa berproduksi seperti deposito, real
c.       Menginvestasikan tabungannya
Khan menyatakan bahwa permintaan infestasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan.


Penentu – Penentu Tingkat Investasi :
Dengan banyaknya keuntungan yang akan diperoleh sangat besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor – faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1.      Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2.      Tingkat bunga
3.      Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
4.      Kemajuan teknologi
5.      Tingkat pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya
6.      Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.




Minggu, 08 Oktober 2017

Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi Islam

Dosen : Totok Harmoyo, M.Si
kelas   : 3A Pagi. Perbankan Syariah. Universitas Muhammadiah, Sumatera Utara.





BAB II
PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI ISLAM

1.1.            Pengertian dan ruang lingkup pendapatan nasional
secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya pada satu tahun. Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional beragam lainnya antara lain : produk kosmetik bruto (gross domestic product/GDP), produk nasional produk (gross national product/GNP), serta produk nasional neto (net national product/NNP).

Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu perhitungan pendapatan nasional juga berguna untuk kerangka kerja hubungan antara variable makro ekonomi, yaitu: output, pendapat, dan pengeluaran .

  
Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap  aliran uang dan barang dalam perokomian dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
1.1.      Pendekatan produksi (production approach)
2. 2.  Pendekatan pendapatan (income approach)
3. 3.  Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)



1.2.            Pendapatan nasional dengan pendekatan produksi ( Gross Domestic Product/ GDP)

Perhitunngan pendapatan nasional dengan pendekata produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sector produksi. Penggunaan konsep nilai tambah dilakukan guna menghindari terjadinya perhitungan ganda (double-count).  Dan yang termasuk dalam perhitungan pendapatan nasional hanya barang jadi atau barang siap pakai (final goods).

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diindonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua sector produksi yang ada, sector industry tersebut dikelompokan menjadi 11 sektor atas dasar ISIC (Internasional Standard Industrial Classification). Yang meliputi :
1.      Sector produksi pertanian
2.      Sector produksi pertambangan dan penggalian
3.      Sektor industri manufaktur
4.      Sector produksi listrik, gas dan air minum.
5.      Sector produksi bangunan
6.      Sector produksi perdagangan, hotel dan restoran.
7.      Sector produksi transportasi dan komunikasi
8.      Sector produksi bank dan lembaga keuangan lainnya
9.      Sector produksi sewa rumah
10.  Sector produksi pemerintahan dan pertahanan
11.  Sector produksi jasa lainnya.

1.3.            Pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran (Gross National Product/GNP)

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir-akhir unit ekonomi, yaitu :

1.      Rumah tangga berupa konsumsi (Consumtion/C)
2.      Perusahaan berupa investasi (investment/I)
3.      Pengeluaran pemerintah (government/G)
4.      Pengeluaran ekspor dan impor (export-impor/X-M)

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut ;
Ø  Y = C + I, untuk perekonomian tertutup tanpa peranan pemerintah
Ø  Y = C + I + G, untuk perekonomian tertutup dengan peranan pemerintah.
Ø  Y = C + I + G + X-M, untuk perekonomian terbuka.

Dengan dua pendekatan yang telah disampaikan muncul suatu pertanyaan apakah sama antara gross domestic product/GDP dengan gross national product/GNP atau adakah perbedaan antara GDP dan GNP?. Kalau ada, apa perbedaannya?secara sederhana dapat dinyatakan GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi dalam negri. Sedangkan dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negri.misalnya, pendapatan dari seorang warga negara Indonesia yang bekerja di amerika adalah bagian dari GNP Indonesia tetapi bukan bagian dari GDP Indonesia karena pendapatan itu tidak dihasilkan di Indonesia.

1.4.            Pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan ( Net National Product/NNP )

Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi penyusutan dari stok modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang harus disisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian. Biasanya data GNP lebih banyak digunakan dari pada dibandingkan dengan NNP karena persoalan estimasi penyusutan mungkin tidak teliti dan juga tidak tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.

            Pada intinya ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan social berdasarkan system moral dan social islam (Mannan,1984). Setidaknya ada empat  hal yang semesinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut (Nasution, dkk. 2006) adalah sengai berikut :  

1.  Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
2.     2.  Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sector pedesaan.
3.      3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islami.
4.      Perhitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan social islami melalui pendugaan nilai satuan antar saudara dan sedekah.