Kebijakan deviden
Dalam keuangan syari’ah
Pengertian Kebijakan
Deviden
Ø Pengertian kebijakan dividen (Deviden
Police) menurut Agus Sartono (2008:281) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang ” .
Ø Pengertian kebijakan dividen menurut
Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa :
“Kebijakan
dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang
berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ”
Ø Sedangkan pengertian kebijakan
dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal
ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar
kecilnya laba yang ditahan”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan
salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para
pemeganf saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financial.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Macam-Macam Deviden :
Berdasarkan bentuk deviden yang
dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua jenis yaitu; deviden tunai (cash
dividend) dan deviden saham (stock devidend). Deviden tunai merupakan deviden
yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Deviden saham merupakan deviden yang
dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu deviden
tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu
deviden saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar deviden saham dibagi
dengan rasio deviden saham. Berdasarkan periode satu tahun buku maka deviden
dapat dibagi atas dua jenis yaitu; deviden interm dan deviden final. Deviden
interm merupakan deviden yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku
dengan tahun buku berikutnya atau antara deviden final satu dengan deviden
final berikutnya. Di Indonesia pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan
satu kali dalam setahun. Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan
setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada
tahun buku
berikutnya. Deviden final ini juga
memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan deviden interm yang
telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
Macam-macam Kebijakan
Dividen :
Kebijakan dividen yang dilakukan
perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269)
menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh
perusahaan antara lain sebagai berikut:
a. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang
menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen perlembar
yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.
b. Kebijakan dividen dengan penetapan
jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan
jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan
keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas
jumlah minimal tersebut.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan
dividen payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen
yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio yang konstan. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya
50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang
diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang
terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya
setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Stock Deviden
adalah dividen yang diberikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan
itu sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut
saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham
yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham
yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan memberikan
stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi
yang lebih menguntungkan.
Stock Split
Merupakan kebijakan untuk
meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham
menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pegurangan nilai nominal saham
yang lebih kecil secara proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga
saham menjadi lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga
saham dalam trading range tertentu.
Trading Range Theory memberikan
penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut
teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik
diperdagangkan. Manajemen berupaya untuk menata
kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin banyak partisipan pasar
yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan adanya stock split, harga saham
akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi.
Trading Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa manajemen melakukan
stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan
anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak
terlalu mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas
harga yang optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham
adalah untuk meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak pelaku
pasar modal yang mau memperjualbelikan saham yang bersangkutan. Kondisi ini
pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham.
Likuidity hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah,
sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan
diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat.
Signaling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split
adalah perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman stock
split juga mmerupakan sinyal bahwa earing dan cash deviden akan meningkat.
Peningkatan earing dan cash deviden merupakan gambaran prospek perusahaan yang
baik. Stock split memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang
memiliki kinerja yang baik saja, yang dapat melakukan stock split.
Repurchasing of stock
Sebagai alternatif terhadap pemberian
dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (
repuchasing stock ).
Keuntungan stock repurchase
bagi pemegang saham :
1. Stock repuchase sering di pandang
sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya stock repuchase
dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “ undervalued “.
2. Stock repuchase mengurangi jumlah
saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham
naik.
Kerugian bagi pemegang
saham :
1. Perusahaan
membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
2. Keuntungan
stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor menyukai
dividen.
Keuntungan bagi
perusahaan :
1. Menghindari kenaikan dividen. Jika
dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa mendatang perusahaan terpaksa
membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana
investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan
alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal (
extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
2 Dapat
digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan perusahaan (
yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b anyaknya hingga
mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
3. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya,
perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru
untuk membeli kembali saham yang beredar.
4. Saham yang ditarik kembali dapat dijual
kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan
adalah :
1.
Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa
stock repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai
proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar
tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya
mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris
yang mendukung alasan ini.
2. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa
bahwa risiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock
repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang sempurna ( dimana tidak
ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari pemberian
dividen ), investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang
tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu
dari ke 2 alternatif tersebut.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham
:
1.
Saham
dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )
2.
Perusahaan
membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
3. Perusahaan
membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar (
pendekatan negotiated basis )
Teori Kebijakan Deviden
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang
deviden diantaranya yaitu:
A. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan
deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun
biaya modalnya. MM menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak
dipengaruhi oleh kebijakan deviden. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan
harga saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga
saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat
menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau
menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
B.
The Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa
investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran
deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah
dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima
deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner
beranggapan bahwa para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga
daripada seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua
investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka
diperusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh
sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka dimasa datang bukannya ditentukan
oleh kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
C.
Tax Preference Theory
Investor menghendaki perusahaan untuk
menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada
deviden dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan
membagikan deviden. Karena deviden cenderung dikenakan pajak yang lebih
tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan
yang lebih tinggi untuk saham dengan dividendyield yang tinggi.
D.
Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)
Deviden adalah relevan untuk kondisi
yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu
perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan
kepada para pemegang saham.
2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa
pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus
menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat
dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan
dividen payout ratio yang rendah.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin
besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earningnya daripada
dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat
batasan-batasan biayanya.
4. Pengawasan terhadap Perusahaan
Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan
“control” terhadap perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.
Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
deviden (Sartono, 2001) :
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam
kenyataanya merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan,
pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan
persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis
kebijakan deviden.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan
pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi
perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.
3. Kemampuan meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka
pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu
fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin
besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal.
Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan
memperbesar kemampuan membayar deviden.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan
sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui deviden yang
diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir
semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi)
dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan
dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat
diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi
yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya
dapat menilai deviden yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas deviden
Bagi para investor faktor stabilitas
deviden akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.
Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor
pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang
stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak
stabil.